Kalau sedang berkendara ojek daring, saya suka mengajak ngobrol pengemudinya. Hitung-hitung mengusir keheningan yang tercipta selama perjalanan. Alangkah sebuah keanehan dua orang yang terikat dalam sebuah perjalanan tidak ada komunikasi yang dibangun.
Namun kalau rasa malas sedang menghinggapi hati ini, saya memilih untuk diam sambil melihat-lihat pemandangan sekitarnya yang isinya itu-itu saja. Dan tahu-tahu saya sudah sampai di tujuan.
Berdasarkan data di lapangan, sebagaian besar percakapan terjadi atas inisiatif saya. Kalau saya tidak berinisiatif maka tidak ada percakapan. Dan sang pengemudi pun lebih baik fokus mengendarai sepeda motor supaya baik jalannya.
Khusus pekan lalu saya mendapati seorang pengemudi yang lain dari pada yang lain. Ketika pantat ini dihempaskan ke jok motor, saya memilih untuk diam. Terlalu lama di bis membuat selera ngobrol saya hilang. Tanpa diduga ketika gas pertama keluar sang pengemudi bertanya-tanya kepada saya. Pertanyaan yang biasa saya tanyakan kepada para pengemudi (ini bukan karma ya hehe). Dia menanyakan kerja dimana, kalau pulang kerja jam berapa, berangkat kerja jam berapa dan lain sebagainya. Sepanjang perjalanan dia yang lebih berinisiatif membuka percakapan. Sebagai penumpang yang baik saya pun menjawab semua pertanyaannya. Beberapa meter sebelum mencapai tujuan, saya ambil giliran untuk bertanya.
"Bapak ini full di gojek atau sampingan?"
"Sampiingan Pak."
"Sehari-hari kerja di mana?"
"Di Kawan Lama. Jadi pelayan!"
"Pantas," kata saya dalam hati. Profesi resmi dia menjawab mengapa dia banyak bertanya. Ternyata dia biasa menghadapi dan menggali kebutuhan pelanggan.
No comments:
Post a Comment