Sunday, March 29, 2020

Bapak Sendiri Terlupakan

Pada waktu pertama kali kasus covid-19 merebak di Indonesia, mulailah semua orang berkontribusi dalam penyampaian informasi ini. Setiap informasi baik berupa berita, infografis, video, jurnal maupun edaran pemerintah disebarulang ke seluas-luasnya. Bersyukurlah kita yang hidup di era informasi ini, dengan banyaknya media sosial yang bisa digunakan, maka penyebaran informasi ini secepatnya menyebarnya wabah ini. Mulai dari status di whatsapp, postingan di facebook, instagram maupun cuitan di twitter. Semua sarana digunakan. Hampir semua orang melakukan ini, dari beragam latar belakang, termasuk saya.

Thursday, March 26, 2020

Berita Corona Hari Ini


Pada awalnya saya tidak mau memposting apa-apa soal Corona, karena di media sosial kita berseliweran beragam informasi mengenai Corona. Baik yang berfaedah maupun yang tidak alias hoax. Terlalu banyak informasi mengenai Corona.

Kemarin, saya mendapatkan tugas yang cukup menantang dari sang istri. Harus berbelanja mingguan di tengah derasnya isu mengenai Corona. Sengaja dari pagi belum mandi, baru gosok gigi dan cuci muka, untuk memaksimalkan social distance-menjaga jarak dengan sekitar (bilang saja malas mandi pagi hehe). Berbekal masker, sebotol hand sanitizer dan  doa banyak-banyak saya pun berangkat ke pusat perbelanjaan.


Tuesday, March 17, 2020

Kuliah Salah Jurusan, Apa Yang Harus Dilakukan



seorang laki-laki adalah, menyelesaikan apa-apa yang sudah dia mulai

Masa-masa kuliah adalah masa-masa yang paling indah memberikan kesan tersendiri di hati saya. Sampai-sampai ini menjadi indikator kalau saya sedang stress. Saya akan bermimpi masa-masa kuliah saya ini. Saya membutuhkan waktu enam tahun dari standar empat tahun untuk merampungkan masa kuliah saya.

Saya kuliah di jurusan kimia di sebuah perguruan tinggi negeri di kota Bandung. Yang membuat kuliah saya lama adalah saya membutuhkan waktu dua tahun untuk mengerjakan tugas akhir (TA) dan mengulang beberapa mata kuliah. Dan saya adalah lulusan ketiga dari belakang di angkatan saya.

Mengapa saya bisa lama untuk menuntaskannya? Kalau dirunut-runut lagi penyebabnya adalah bahwa kuliah di jurusan kimia ini ternyata tidak sesuai dengan bakat dan minat saya. Berdasarkan hasil psikotes waktu di SMA, saya disarankan untuk mengambil ilmu sosial budaya dan komunikasi. Bahkan kalau saya berkecimpung di sana, saya bisa mengambil jenjang sampai S3.

Kegagalan, Bagaimana Kita Menyikapinya


tanda bahwa kita sudah berpindah dari sebuah kegagalan adalah dengan kemampuan untuk menceritakannya. Semakin jelas, runut dan teliti semakin baik (hasan abadi kamil)


Bersama seorang kawan, kami membicarakan seseorang di sebuah perusahaan. Singkat ceritanya adalah seseorang ini merasa stress karena setelah berpindah-pindah perusahaan, baru di perusahaan yang terakhir ini dia mendapati kegagalan. Bagi seorang profesional ini adalah mimpi buruk; merusak reputasi yang sudah dibangun selama ini. Karena reputasi yang baik adalah modal untuk meloncat ke tempat berikutnya. 

"Baru satu kegagalan saja sudah stress. Bagaimana dengan saya yang banyak gagalnya?" spontan saya berkomentar. Kotan kawan saya ini tertawa. Entah karena lucu atas komentar saya atau memang mentertawakan kegagalan saya.


Kegagalan adalah suatu kondisi yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan atau direncanakan. Misalnya inginnya kuliah tepat waktu, ini harus molor menjadi enam tahun. Inginnya menikah tahun ini, ternyata calonnya saja belum ada, inginnya menjadi direktur, menjadi manajer saya belum kesampaian dan lain sebagainya.


Terus bagaimana kita menyikapi kegagalan yang sudah kita alami. Yang pertama adalah kita bisa mengambil sesuatu yang bisa dijadikan pelajaran dari kegagalan ini sehingga bisa membuat langkah kita ke depannya lebih baik; mencapai sukses yang sempat tertunda. Saya menyebutnya sebagai kegagalan kedua kalau kita tidak bisa mendapatkan apa-apa atas segala yang terjadi. Ibaratnya, keledai saja, termasuk binatang yang kurang pintar, tidak pernah sampai terjerumus ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Kalau ini sampai terjadi dengan kita, maka kita lebih buruk dari seekor keledai.


Yang kedua adalah, segala sesuatu yang terjadi di atas langit dan bumi ini atas seizin-Nya. Dan yang paling penting adalah Dia lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita dibandingkan kita sendiri. Boleh jadi kita membenci sesuatu padahal itu baik buat kita dan boleh jadi kita menyukai sesuatu padahal itu belum tentu baik buat kita. Seperti halnya obat yang rasanya pahit namun ini baik buat kita yang sedang sakit, karena sebagai jalan menuju kesembuhan. Jadi setiap kegagalan yang terjadi kita berkontemplasi sambil berbaik sangka bahwa ini adalah yang terbaik. Dan mudah-mudahan diberikan pengganti yang lebih baik.


Jadi yang terpenting adalah bukan sedahsyat apa kegagalanmu, tetapi bagaimana kamu menyikapinya.

Gambar oleh David Mark dari Pixabay 







Wednesday, March 4, 2020

Deming Tidak Pernah Mengakui Siklus PDCA


Siklus PDCA, plan - do - check - act. Buat yang tempat bekerjanya menerapkan Total Quality Management (TQM) pasti familiar dengan siklus yang satu ini. Siklus ini digunakan ketika kita sedang melakukan improvement yang disebabkan oleh adanya gap antara ideal condition dengan current condition, penyimpangan terhadap standar yang ada dan adanya kebutuhan pelanggan yang tidak terpenuhi.

Kadang-kadang siklus PDCA disebut juga Siklus Deming. Ini merujuk nama ahli kualitasjuga ahli statistik dari Amerika Serikat, Edward W. Deming yang pada tahun 50-an membantu Jepang bangkit dari keterpurukan setelah kalah perang. Dia mengajarkan dasar-dasar kualitas kepada orang-orang Jepang dalam membangun industrinya.

Tapi apakah pembaca tahu kalau Deming menolak kalau siklus PDCA itu adalah siklus Deming? Berdasarkan referensi yang saya baca sampai akhir hayatnya dia tidak mengakui kalau siklus PDCA ini adalah siklus Deming. Nah kalau faktanya seperti ini, sebenarnya apa yang diajarkan Deming kepada orang-orang Jepang tersebut?

Tuesday, March 3, 2020

Ojol yang Baik


Butuh 10 menit, ojek online yang kupesn datang menjemput. Kuperhatikan icon sepeda motor sedang bergerak perlahan dalam tampilan aplikasi.

Tiba-tiba bergetar handphone saya. Ada panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Siapa tahu dari driver ojol, kataku dalam hati.
"Hallo?" Aku menyapa.
"Maaf ini terhalang portal, jadi harus memutar. Masih mau menunggu?" Terdengar dari sana suara driver ojol.
"Gak apa-apa. Saya menunggu saja." Jawab saya.

Tidak apa saya harus menunggu. Kebetulan, saya sedang tidak terburu-buru. Apalagi sang driver sudah berinisiatif untuk mengabarkan kondisinya, dan menfonfirmasi apakah mau menunggu. Dia takut kalau saya ada sesuatu yang harus dikejar.