Tuesday, March 17, 2020

Kegagalan, Bagaimana Kita Menyikapinya


tanda bahwa kita sudah berpindah dari sebuah kegagalan adalah dengan kemampuan untuk menceritakannya. Semakin jelas, runut dan teliti semakin baik (hasan abadi kamil)


Bersama seorang kawan, kami membicarakan seseorang di sebuah perusahaan. Singkat ceritanya adalah seseorang ini merasa stress karena setelah berpindah-pindah perusahaan, baru di perusahaan yang terakhir ini dia mendapati kegagalan. Bagi seorang profesional ini adalah mimpi buruk; merusak reputasi yang sudah dibangun selama ini. Karena reputasi yang baik adalah modal untuk meloncat ke tempat berikutnya. 

"Baru satu kegagalan saja sudah stress. Bagaimana dengan saya yang banyak gagalnya?" spontan saya berkomentar. Kotan kawan saya ini tertawa. Entah karena lucu atas komentar saya atau memang mentertawakan kegagalan saya.


Kegagalan adalah suatu kondisi yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan atau direncanakan. Misalnya inginnya kuliah tepat waktu, ini harus molor menjadi enam tahun. Inginnya menikah tahun ini, ternyata calonnya saja belum ada, inginnya menjadi direktur, menjadi manajer saya belum kesampaian dan lain sebagainya.


Terus bagaimana kita menyikapi kegagalan yang sudah kita alami. Yang pertama adalah kita bisa mengambil sesuatu yang bisa dijadikan pelajaran dari kegagalan ini sehingga bisa membuat langkah kita ke depannya lebih baik; mencapai sukses yang sempat tertunda. Saya menyebutnya sebagai kegagalan kedua kalau kita tidak bisa mendapatkan apa-apa atas segala yang terjadi. Ibaratnya, keledai saja, termasuk binatang yang kurang pintar, tidak pernah sampai terjerumus ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Kalau ini sampai terjadi dengan kita, maka kita lebih buruk dari seekor keledai.


Yang kedua adalah, segala sesuatu yang terjadi di atas langit dan bumi ini atas seizin-Nya. Dan yang paling penting adalah Dia lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita dibandingkan kita sendiri. Boleh jadi kita membenci sesuatu padahal itu baik buat kita dan boleh jadi kita menyukai sesuatu padahal itu belum tentu baik buat kita. Seperti halnya obat yang rasanya pahit namun ini baik buat kita yang sedang sakit, karena sebagai jalan menuju kesembuhan. Jadi setiap kegagalan yang terjadi kita berkontemplasi sambil berbaik sangka bahwa ini adalah yang terbaik. Dan mudah-mudahan diberikan pengganti yang lebih baik.


Jadi yang terpenting adalah bukan sedahsyat apa kegagalanmu, tetapi bagaimana kamu menyikapinya.

Gambar oleh David Mark dari Pixabay 







No comments:

Post a Comment