Memberikan perintah memang ada seninya tersendiri. Terkadang perintah yang diberikan harus memperhatikan kemampuan anak buah.
Ada sebuah kisah di sebuah perusahaan. Perusahaan tersebut baru membeli mesin baru. Sang atasan memanggil bagian maintenance untuk memeriksa fungsi mesin yang baru dibeli. Apakah mesinnya bisa berfungsi dengan baik sesuai dengan peruntukannya.
Bawahannya di maintenance ini langsung melaksanakan perintahnya. Mesin ini rencananya akan digunakan untuk mengisi (filling) hasil proses ke dalam wadah packaging primer. Hasil pemeriksaan mesin tersebut kurang presisi untuk pengisiannya. Lostnya terlalu besar. Kalau dipakai di kemudian hari akan memberikan kerugian. Setelah selesai, dia langsung melaporkannya ke atasannya : mesin ini tidak berfungsi dengan baik untuk peruntukannya.
Selanjutnya sang atasan menginstruksikan tugas baru. Tugasnya adalah untuk memeriksa safety dari mesin. Tugas ini pun langsung dikerjakan dengan baik. Hasilnya adalah mesin tersebut tidak safe. Di bagian tertentu ada yang "nyetrum". Ini bisa membahayakan operator yang mengoperasikan mesin ini nantinya.
Sang atasan manggut-manggut mendengarkan laporannya. Setelah itu dia langsung ngomong:
"Sebenarnya, saya ingin tahu apakah mesin ini kayak diterima dan dibayar. Jadi kamu tidak hanya bilang mesin ini begini atau begitu"
"Bapak enggak ngomong dari awal sih."Sang bawahan membalasnya. Maksudnya adalah sang atasan tidak pernah menjelaskan tujuan semua perintah yang dilakukan. Dia hanya memberikan instruksi-instruksi yang terpisah.
Setelah itu sang anak buah langsung melakukan beberapa tindakan yang dibutuhkan untuk keperluan ini. Beberapa hari kemudian dia datang melaporkan kembali. Hasil laporannya merekomendasikan bahwa mesin ini tidak bisa diterima; harus dikembalikan ke produsennya. Di laporannya, ada beberapa hasil pemeriksaan parameter yang mendukung rekomendasinya. Atasannya tersenyum puas.
"Makanya lain kali kalau kasih perintah jelaskan dulu apa tujuannya. Jangan main perintah-perintah aja."Ternyata bawahannya masih menyimpan "rasa" itu.
Atasannya malah tertawa mendengar komentar bawahannya, sekaligus menyadari kekeliruannya dalam memberikan perintah.
sumber gambar : Geralt
sumber gambar : Geralt
No comments:
Post a Comment