Setiap menceritakan sebagian kisah hidup saya, saya suka menyoal proses pencarian jodoh saya. Di sini saya menjelaskan bahwa saya tidak berpacaran untuk mencari calon istri. Jadi sejak saya SMP, dimana mulai mengenal bahwa mahluk perempuan itu ada yang cantik sampai kuliah saya tidak pernah berpacaran.
Ada beberapa alasan mengapa saya tidak melakukan kegiatan anak muda umumnya ini. Alasan pertama adalah sedari dulu yang saya tekankan saya mau mencari calon istri, bukan mau mencari pacar. Jujur pemikiran seperti ini sudah menempel di kepala sejak bercelaana biru dongker selutut. Hal ini terinspirasi oleh seorang guru bernama Bu Tuti yang tanpa ada angin atau hujan, tiba-tiba berkata : kalau mencari perempuan gampang, yang sulit adalah mencari calon istri. Saat itu saya percaya begitu saja perkataannya. Saya mempercayainya karena Bu Tuti ini sudah sepuh, terlihat dari rambutnya yang sudah sebagian besar berwarna putih, yang artinya yang sudah banyak makan asam garam kehidupan.
Nah karena mencari istri masih jauh, karena masih sekolah dan masih minta uang jajan ke orang tua, maka saya tidak pacaran.
Alasan kedua, saya bingung mengisi kegiatan kalau saya pacaran. Kalau saya menyukai seseorang dan kemudian menyatakan cintanya apakah sudah selesai urusannya di situ? Belum selesai. Karena saya sudah mempunyai seseorang dan menjadi milik seseorang, maka muncullah kewajiban-kewajiban baru. Saya harus mengantar dia pulang, saya harus menelpon dia setiap malam, saya harus berkunjung ke rumahnya setiap malam minggu dan segudang pekerjaan lainnya. Buat saya jadi tugas yang cukup berat karena selain belajar saya juga harus membantu ibu di rumah membantu membersihkan rumah dan mencuci pakaian.
Alasan ketiga dari dulu saya menyakini bahwa untuk mencari calon istri tidak hanya mengandalkan mata lahir saja, tetapi mata bathin. Dan sebagai orang yang belum pernah menikah maka saya belum mempunyai kemampuan ini. Biasanya pandangan ini dimiliki oleh orang-orang tua, bisa dari orang tua kita atau seseorang yang sangat kita percayai kebijaksanaannya. Seorang ustadz atau kyai misalnya. Apalagi menikah ini sekali seumur hidup, kalau salah memilih bisa berabe. Tidak bisa seperti barang pada umumnya. Kalau tidak sesuai bisa dikembalikan atau beli yang baru.
Dan ketika saya mencari istri dulu (sekarang sudah menjadi istri) saya mengandalkan "jasa" guru ngaji saya. Saya minta carikan calon istri dan dia mencarikannya. Setelah itu saya perkenalkan kepada Ibu saya untuk minta persetujuan. Apakah calon istri yang saya bawa akan membawa kebaikan atau tidak. Alhamdulillah pada waktu itu Ibu saya setuju. Dan benar semua penilaian tentang calon istri saya ini, benar semua. Maka buat yang belum menikah, alangkah eloknya, kalau mendengarkan saran dari orang tua kita. Karena mereka sudah berpengalaman dalam mencari pasangan hidup.
Dan alasan terakhir adalah alasan agama. Ini alasan terakhir yang saya temukan. Saya tidak akan membahasnya karena sudah banyak orang yang membahasnya mengapa jangan berpacaran. Dan sebagian besar dari kita juga sudah mengetahuinya.
Demikianlah alasan saya mengapa saya tidak berpacaran di masa muda untuk mencari calon istri.
sumber gambar : pixel 2013
No comments:
Post a Comment