Awalnya Begitu Indah
Beberapa tahun yang lalu, kami bekunjung ke sebuah perusahaan rintisan di daerah Jakarta. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana membuat aktivtitas internalisasi nilai dan budaya perusahaan di sana. Berharap dari sana ada yang bisa ditiru dan dimodifikasi di tempat kerja kami.
Di sana kami kami diterima dengan baik. Proses tanya jawab dan saling berbagi informasi pun terjadi. Namun ada menarik yang sempat “tertangkap” oleh pendengaran kami. Di sela-sela kegiatan ada dua manager sedang mengeluarkan curahan hatinya masing-masing. Mereka sedang membahas masa depannya. Manager yang satu mempunyai rencana untuk menjadi konsultan ke depannya. Manager yang kedua pun mengiyakan langkahnya. Dia pun mempunyai rencana yang sama. Ternyata kedua manager ini sudah menyadari bahwa karir mereka tidak akan berkembang. Untuk mengantisipasinya mereka berencana merintis karir sebagai konsultan.
Mendengar hal itu, kami ikut bersimpati terhadap apa yang menimpa mereka, sekaligus bersyukur. Mengapa bersyukur, karena kondisi di tempat kami berbeda dengan di tempat kedua manager tersebut. Di tempat kami, karir terbentang luas ke depannya. Dan itu beberapa tahun yang lalu.
Mengapa Sekarang Berubah?
Sekarang kondisinya berbeda dengan yang kami bayangkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi kami sekarang tidak jauh berbeda dengan curhatan kedua manager di perusahaan rintisan tersebut. Sekarang kami pun sedang berpikir untuk menyelamatkan karir kami.
Hal ini bisa terjadi tidak lepas dari perkembangan perusahaan sendiri. Dengan perkembangannya yang begitu cepat, maka diperlukan orang-orang di posisi tertentu. Sementara dari internal belum ada yang siap ditempatkan, maka dengan terpaksa perusahaan harus “mengimpor” orang-orang dari luar.
Dari kejadian yang dialami, ada yang bisa diambil hikmahnya. Pertama, career development itu menjadi tanggung jawab individu karyawan sepenuhnya. Sebagai karyawan kita harus drive and decide. Kita yang menentukan mau membangun karir seperti apa. Karena tidak semua atasan atau perusahaan memikirkan career development bagi karyawannya. Dan hal itu bukan karena atasan atau perusahaan tidak berniat baik, namun karena kondisi perusahaan dan kebutuhan bisnis membuat hal itu terjadi. Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan berubah model bisnisnya, dari manufakturing ke trading, maka orang-orang dengan kompetensi manufakturing sudah tidak dibutuhkan lagi. Jalannya hanya dua, mau melengkapi diri dengan kompetensi yang baru atau mencari kesempatan di luar.
Yang kedua kita senantiasa harus mempelajari hal-hal baru untuk menambah komptensi kita. Hal ini agar kita bisa selalu update dengan perubahan. Sudah jauh-jauh hari banyak lembaga konsultan yang kredibel mengeluarkan daftar pekerjaan-pekerjaan yang baru dan pekerjaan-pekerjaan yang akan hilang dalam beberapa tahun ke depan. Artinya kita harus mau belajar terus menerus. Kalau kita mau belajar, kita akan ketinggalan.
Dan sebagai penutup, mudah-mudahan kita bisa selalu meningkatkan kompetensi, sehingga kita bisa selalu memenuhi kebutuhan perkembangan bisnis dan pekerjaan yang akan terus dinamis. Apa pun yang kita inginkan, semuanya terserah Anda.
*seperti yang diceritakan oleh seseorang
No comments:
Post a Comment