Thursday, October 20, 2022

Pergi ke Masjid dengan Berjalan Kaki

Selama saya bekerja dari rumah atau work form home (WFH), saya mendapatkan pengalaman yang menarik.

Pengalaman tersebut saya dapatkan ketika saya mau menunaikan sholat jumat. Dikarenakan jarak rumah saya ke masjid cukup dekat saya memilih berjalan kaki pergi ke masjid sekligus berolahraga siang-siang. Kata orang sekali merangkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Dan di sini pengalaman menariknya.

Dengan mengenakkan peci dan menenteng sajadah saya berjalan menuju masjid. Dan selama perjalanan itu, ada dua pengendara mobil dan tiga pengendara motor yang menaarkan tumpangan kepada saya. Karena sedari awal niatnya mau olahraga, maka semua tawaran tersebut saya tolak dengan halus. Dan menariknya dari kelima orang tersebut hanya satu yang saya kenal. Itu juga karena dia tetangga saya. Selebihnya saya tidak kenal.

Dan menariknya lagi ketika selesai sholat jumat, ketika saya jalan kaki, tak ada satu pun yang menawarkan tumpangan. Termasuk dari mereka yang sebelum jumatan menawarkan tumpangan. Dari sini saya berfikir apa yang membuat semua hal ini terjadi? Mengapa respon yang saya terima berbeda antara sebelum dan sesudah jumatan?

Ketika sebelum jumatan, saya mempunyai tujuan yang jelas. Semua orang tahu kalau saya mau ke masjid. Hal ini bisa dilihat dari peci yang saya kenakan dan sajadah yang saya tenteng. Karena tujuan saya (goal) sama dengan tujuan orang-orang, maka ada yang dengan sukarela menawarkan tumpangan menuju ke sana. Berbeda dengan setelah jumatan, karena orang-orang tidak tahu tujuan saya atau rumah saya dimana, maka orang-orang tidak ada yang mau menawarkan tumpangan. Karena bisa saja rumah mereka tidak searah dengan rumah saya. Sampai di sini mengerti.

Kalau kita tarik ke yang lebih luas, ini seperti visi dari seorang menuju satu tujuan. Kalau dia mampu membuat visinya terlihat jelas bagi semua orang, maka ada orang-orang yang dengan sukarela berkorban atau mengeluarkan potensi terbaiknya untuk ikut mewujudkan visi tersebut. Seperti perumpaan orang-orang yang mau menawarkan tumpangannya kepada saya.

Begitu juga sebaliknya. Kalau tujuannya hanya samar-samar atau hanya segelintir orang yang tahu maka jangan harap ada yang mau rela berkorban atau mengeluarkan potensi terbaiknya untuk mewujudkannya

Dan pertanyannya adalah, apakah tujuan kita sudah begitu jelas?

No comments:

Post a Comment