Alasan untuk bertindak yang dimiliki berbeda akan memberikan hasil yang berbeda.
Sedalam apa keyakinan seseorang terhadap sesuatu bisa dilihat sejauh mana tindakan yang diambilnya. Semakin dalam seseorang menyakini sesuatu maka semakin luar biasa tindakan yang diambilnya. Sesuatu itu bisa cita-cita yang mau dicapainya, bisa pasangan hidup, nilai-nilai, agama, ide, dan lain sebagainya.
Maka kita akan bisa memahami seorang pria yang bisa berubah perilakunya, rela dibelah dadanya, berani mendaki gunung tinggi – menyebrangi lautan luas, bahkan menjadi budak cinta demi pujaan hatinya. Karena dia menyakini bahwa hidupnya akan bahagia lahir batin kalau bisa bersama dengannya.
Kalau dia tidak seyakin itu, maka hujan gerimis pun sudah cukup membuat malas bergerak untuk berkunjung ke rumahnya. Atau mundur teratur kalau bapaknya, sang calon mertua, tidak suka padanya.
Maka kita akan bisa memahami para pejuang seperti Mohamad Toha rela “bunuh diri” dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Dia menyakini bahwa kemerdekaan bangsanya itu di atas segala-galanya, maka dia mau mengorbankan hidup, membiarkan kemerdekaan itu dinikmati generasi setelahnya. Kalau dia tidak seyakin itu, maka dia akan memilih untuk hidup nyaman dengan menerima kenyataan bahwa negaranya di bawah pengaruh bangsa lain.
Keyakinan terhadap sesuatu ini yang merupakan alasan yang kuat untuk bertindak, reason de atre, the calling, atau why. Tanpa adanya ini maka semua tindakan akan biasa-biasa saja. Karena inilah yang menjadi bara yang tidak pernah padam, sumber daya untuk menggerakkan.
“First we make our habits, then our habits make us.”
CHARLES NOBLE
Sekarang kita bisa merenung mengapa kita sering gagal di dalam membentuk sebuah kebiasaan. Padahal mempunyai kebiasaan itu baik, seperti quote Charles Noble di atas.
Kita ingin punya kebiasaan membaca Quran setiap hari, olahraga setiap hari, baca buku setiap hari, menulis setiap hari, nge-plank setiap hari, sholat tahajud setiap hari, berfikir analitis, dan sebagainya. Namun sampai saat ini itu terasa berat. Kalau pun berjalan hanya di awal-awal saja setelah itu pelan-pelang menghilang. Hal ini tejadi karena kita tidak mempunyai alasan untuk bertindak atau why yang begitu kuat sampai perilaku kita tidak berubah.
Di dalam kerangka kerja strategy excellence 4DX saya menemukan penjelasan itu. Untuk mencapai sebuah breakthrough goal, kita harus membuat sebuah kebiasaan baik. Karena tanpa ada perubahan perilaku, maka breakthrough goal ini tidak akan tercapai. Jadi mau tidak mau harus kita ubah perilaku kita. Kita sebut breakthrough goal ini adalah alasan yang kuat untuk bertindak.
Jadi kalau kita mau membuat sebuah kebiasaan baru yang baik, maka kaitkanlah dengan breakthrough goal yang ingin kita capai. Karena kita mempunyai sesuatu yang dicapai, yang kalau tercapai akan memberikan dampak signifikan, maka kita secara sadar mengubah perilaku kita, membuat kebiasaan baik yang baru. Kalau saja kita tidak tergerak melanggengkan sebuah perilaku menjadi kebiasaan, bisa jadi memang apa yang kita mau capai sebenarnya tidak penting-penting amat. Sehingga dengan mudahnya kita abaikan. Contohnya ada sebuah organisasi mencanangkan berkomunikasi di dalam bahasa Inggris sehari dalam sepekan. Semua bentuk komunikasi seperti email, chat, percakapan telfon, dan lain-lainnya harus dalam bahasa Inggris. Dan ternyata tidak harus menunggu sampai satu berjalan program ini sudah berjalan di tempat. Dan tidak ada yang menyadari atau memang mengabaikannya program ini.
Kalau sebuah program dianggap penting karena why atau alasan untuk bertindak yang begitu kuat maka para pimpinan akan mencontohkannya, kalau ada yang lupa diingatkan, kalau ada bersungguh-sungguh diberi dorongan karena hal ini kalau tidak terjadi maka akan mempengaruhi hidup mati kita. Kalau hal ini tidak terjadi, seperti contoh sebelumnya, bisa jadi ini tidak penting-penting amat.
Jadi mulai hari ini, agar semuanya berjalan dengan konsisten, maka mulailah mencari alasan yang kuat untuk bertindak, karena ini akan menjadi bara yang tidak pernah padam, sumber daya untuk menggerakkan tanpa henti.
sumber gambar : https://www.shutterstock.com/g/thenangkalandaks
copas dari : https://hasanabadikamil.com/menemukan-alasan-yang-kuat/
No comments:
Post a Comment