Kata orang, mencari pekerjaan itu seperti mencari jodoh. Tidak boleh main-main. Coba bayangkan dari sekian banyak perempuan cantik, mengapa hanya satu yang diizinkan mengisi hati ini? Begitu juga didalam mencari pekerjaan.
Didalam mencari jodoh, kita tidak boleh sembarangan. Untuk mendukung hal ini kita sudah menyiapkan sekian persyaratan minimum untuk mencarinya. Kata orang tua zaman dulu harus memperhatikan bobot bibit dan bebetnya. Hal ini dilakukan karena orang berjodoh dengan kita inilah yang akan menemani dalam mengarungi kehidupan ini sampai maut memisahkannya. Bayangan kalau kita harus berbagi ruang dan waktu dengan seseorang yang ternyata tidak sejalan dengan kita.
Apa yang kita cari dalam mencari jodoh? Kita mencari persamaan-persamaan di antara kita. Apakah mempunyai persamaan nilai hidup, persamaan memandang perempuan boleh bekerja atau harus di rumah saja, persamaan bagaimana mendidik anak, persamaan perempuan harus bisa masak atau tidak, persamaan dia makan bubur dengan diaduk atau tidak dan lain sebagainya. Walau pun tidak harus 100% paling tidak kita berharap lebih banyak persamaannya dibandingkan dengan perbedaannya. Terutama di hal-hal yang bersifat prinsip.Lantas kalau mencari pekerjaan disamakan dengan mencari pasangan hidup, memangnya kita mau mencari apa? Mencari pekerjaan saja sudah sulit. Mungkin seperti inilah jalan berpikir kita. Ya itu jawabannya mencari persamaannya. Apa persamaan antara kita dengan tempat kerja kita. Dalam konteks Paragon, apa persamaan antara Paragonian dan Paragon?
Jujur saya akui bahwa pemikiran ini belum pernah ada sebelum saya bekerja. Pikiran ini muncul setelah saya belasan tahun bekerja di Paragon. Selama ini saya mengamati antara Paragon dan Paragonian memiliki banyak kesamaan, terutama kesamaan di dalam niat bekerja. Kesamaan untuk menjadikan diri ini bermakna dengan memberikan manfaat seluas-luasnya. Dan ini tidak hanya pada Paragonian yang berada di level atas saja termasuk di level front liner, saya mendapatinya.
Kita sering mendengar pemaparan dari Ibu Nurhayati niat dia mendirikan perusahaan ini. Dia ingin perusahaan ini memberikan manfaat untuk Paragonian, mitra dan semuanya. Kalau untuk mencari kelebihan financial, Bu Nur menambahkan gaji Pak Subakat sudah mencukupi. Yang dia lakukan lebih dari ini.
Orang baik akan berkumpul dengan orang baik. Saya lihat para share holder memiliki niat baik dalam membangun perusahaan ini. Begitu juga dengan para Paragonian. Saya pernah mendengar beberapa rekan mengutarakan niat dia ketika menjadi agent of change. Perlu diketahui menjadi agent of change itu seperti menambah beban pekerjaan mereka yang sudah banyak. Mereka ingin apa yang mereka lakukan ada manfaatnya dan menjadi bekal di kehidupan nanti. Saya juga sering menemui ketika membersamai pelatihan-pelatihan di Jakarta dan daerah-daerah. Ada yang ingin bisa membantu keuangan keluarga, ada yang ingin membantu menyekolahkan anggota keluarganya, ada yang ingin membantu para laki-laki yang masih terbatas pilihan kosmetikanya dan banyak lagi.
Difikir-fikir, mengapa hal ini bisa terjadi. Mengapa di Paragonian ini telah berkumpul orang-orang seperti ini. Diman antara purpose perusahaan dan purpose karyawannya bertemu di titik yang sama. Sama-sama ingin memberikan manfaat bagi sekitarnya. Berarti ketika Paragonian ini melamar ke Paragon, sama-sama mencari persamaan. Persamaan sesuatu yang menggerakkan hidupnya masing-masing.
Kalau sudah mempunyai purpose yang sama, maka menjadi pasangan yang serasi mari kita wujudkan purpose yang luhur ini sehingga Paragon bisa mencapai tujuannya : bermanfaat, bertumbuh dan berkelanjutan.
No comments:
Post a Comment