Friday, June 28, 2019

Bicara Passion


"Kamu passion enggak mengerjakan semua tugas ini?"
"Kalau saya berusaha untuk mengerjakan sebaik mungkin setiap tugas yang diberikan."
"Sebenarya passion kamu apa?"
"Apa ya? Eh passion itu apaan sih?"

Sejujurnya saya tidak mengenal istilah passion sebelumnya. Passion mulai ramai dibicarakan oleh mereka yang disebut sebagai milineal (generasi kelahiran tahun 1981-1994). Jadi kalau ditanya passion dalam bekerja, dalam benak kami pasti menjawab: punya kerja aja sudah untung.


Saya pernah ditegur oleh Pak Ekuslie Gustandi (pengarang buku biografi T.P. Rachmat) soal passion. Saya mungkin tidak mempedulikan passion karena generasi yang lahir dalam serba keterbatasan. Di mana masa kecil masih merasakan televisi hitam putih, saluran tivi hanya TVRI dan merasakan makan telur yang dibagi empat. Jadinya ketika bekerja kita mencari kemampanan karena masih kecil yang prihatin. 

Berbeda dengan anak-anak sekarang. Mereka lahir dalam serba kecukupan. Umumnya ketika lahir ke dunia ini, orang tuanya sudah mempunyai rumah, ada kendaraan dan sudah diasuh baby sitter. Jadi wajar sekali dalam mencari pekerjaan mereka tidak mencari kemapanan, karena sudah mapan. Mereka mencari kebermaknaan. Makanya mereka mencari yang sesuai dengan passion mereka. Sampai di sini saya mengerti. Mengerti mengapa saya tidak peduli passion dan mengerti mengapa mereka peduli passion. Kami lahir dari rahim generasi yang berbeda.

Tapi ingat passion tidak identik dengan kutu loncat. Pak Ekuslie melanjutkan. Ketika seorang bekerja berpindah-pindah, belum tentu dia belum mendapatkan passion-nya. Bisa jadi dia masih moody; angin-anginan; angot-angotan. Jadi harus dibedakan ya antara passion dengan moody. Passion adalah akan tetap bertahap meski pun dalam kondisi sulit. Jadi kalau dia bekerja dalam bidang yang sesuai dengan passion dia, maka dia memilih bertahan untuk membalikkan keadaan.

Pertanyaan terakhir. Apakah seseorang akan mencari passion-nya ketika sudah mempunyai tanggungan anak dan istri? Ada sebagian realistis. Mereka mencari sesuatu yang bisa membayar cicilan-cicilan mereka, dengan mengorbankan passion-nya. Sisanya masih bertahan dengan segala konsekuensi. Memang paling enak adalah yang sesuai dengan passion dan menghasilkan. Itu!

sumber foto : Free Photos

No comments:

Post a Comment