Menyarankan sebuah kebaikan, namun kitalah yang sebenarnya membutuhkannya
Boleh dibilang sedari sulu saya paling malas bila diminta untuk menasehati orang lain. Pernah orang tua dan abang meminta saya untuk menasehati adik. Alih-alih menasehati seperti yang diminta, saya mengubah kata-katanya sehingga jauh dari kesan menasehati. Diubah sedikit saya pikir tidak apa-apa asalkan maksudnya tersampaikan.
Mengapa saya malas menasehati orang? Saya merasa belum layak untuk menasehati orang lain. “Diri sendiri saja belum benar, ini malah mau menasehati orang lain”, begitu kata hati berkata. Saya ingin orang lain dinasehati secara “tidak langsung”, berasal dari perbuatan saya bukan dari kata-kata saya.