Thursday, December 10, 2020

(Bukan) Bicaralah yang Benar atau Lebih Baik Diam


Atasan saya pernah cerita, waktu kecil dia suka ditegur kalau ditanya langsung menjawab. Nyamber seperti api ketika ada bensin. Kok enggak dipikir dulu maen jawab aja, begitu tegurannya. Jadi kalau ditanya atau diminta pendapat sesuatu harus difikirkan terlebih dahulu, kemudian baru menjawabnya.

Sepintas sepertinya sepele namun mengandung pesan yang amat penting. Sebelum kita berbicara, kita harus memikirkan masak-masak. Apakah yang akan kita sampaikan benar? Bagaimana cara menyampaikan yang tepat dan lain sebagainya. Jadi intinya kita tidak asal ngomong. Semua perkataan kita bisa dipertanggungjawabkan. 

Jangan seperti zaman sekarang ketika ada yang melakukan ujaran kebencian di social media dengan mudahnya meminta maaf dan berdamai. Memang benar sih minta maaf itu lebih mudah dari pada minta izin. Namun perkataan yang sudah keluar itu sudah menyakiti maka dengan maaf kondisi hatinya belum tentu seperti sedia kala. Mungkin sang korban memaafkan, namun sedikit atau banyak ada goresan di sana.

Untuk hal ini diilustrasikan seperti orang memalu paku ke dalam kayu. Setelah itu pakunya dicabut kembali. Paku itu adalah ibaratnya perkataan dan kayu itu adalah hati seseorang. Memang paku bisa dicabut kembali namun kayunya ada bekasnya. Orang bisa menarik ucapannya dan minta maaf namun sakit hatinya masih ada.

Makna penting lain dari perilaku di awal adalah biasakan berbicara sesuatu yang kita ketahui arti dan duduk perkaranya. Jangan berkata sesuatu yang tidak kita tahu. Kalau kita tidak tahu maka coba cari tahu. Makanya saya suka menegur anak saya kalau menyebutkan suatu hal yang "baru" saya tanya : kamu tahu tidak artinya? Kalau tidak tahu saya beri tahu artinya. 

Dan hal ini tidak hanya berlaku di rumah saja, di tempt kerja juga. Atasan saya setiap membahas sesuatu hal yang pertama kali dia lakukan adalah mencari arti dari yang dia bahas. Dia biasanya mengutip dari kamus, baik kamus oxford atau yang lain. Mengapa kamus oxford, karena kamus ini sudah disusun orang puluhan tahun lamanya. Jadi sudah teruji. Tujuannya adalah agar semua orang berada dalam diskusi memiliki pengertian yang sama terhadap kata tersebut.

Sebagai contoh kita (terutama saya) bisa membedakan antara :
- goal, objective dan target.
- implementation dan execution.
- output dengan outcome.
- hear (mendengar) dengan listen (menyimak)
dan seterusnya.

Kalau kita tidak mempunyai pengertian yang sama bisa terjadi kesalahanpahaman yang tidak perlu. Niatnya mau nangkap katak, yang didapat malah kodok, seperti itulah kira-kira.  Jadi kalau kita berbicara, maka itu sesuatu yang kita tahu dengan benar. Kalau tidak tahu lebih baik diam tapi lebih baik lagi mencari tahu ke sumber yang terpercaya.
 


Photo by Jackson Simmer on Unsplash

No comments:

Post a Comment