Tuesday, April 7, 2020

Group WA Ketika Covid-19



Hampir tiga pekan menjalani work from home saya mengamati beberapa fenomena yang terjadi di media sosial. Media sosial yang saya amati adalah whatsapp, karena ini yang terpasang di gawai saya dan sebagian besar koordinasi pekerjaan dan teman-teman saya terkoneksi di sini. Dan perlu dicatat, pengamatan ini dilakukan di group whatsapp yang saya ikuti. Saya tidak mengamati group whatsapp yang orang lain ikuti.

Fenomena pertama adalah, group whatsapp kantor sepi dan group whatsapp teman-teman sekolah ramai. Dari sekian group whatsapp, jarang sekali ada update. Kalau pun ada update, hanya satu dua yang menimpali. Ini berbeda sekali sebelum wabah covid-19 menyebar. Update-an group whatsapp bisa banyak sekali, sampai bingung mau baca yang mana, atau kalau sudah kebanyakan tinggal baca update yang terakhir.

Sebaliknya group whatsapp teman-teman sekolah, yang seringnya sepi mendadak jadi ramai sekali. Beberapa menit tidak ditengok, updatenya bisa banyak sekali. Biasanya suka ada mempertanyakan eksistensi sebuah group karena hidup segan mati tak mau, ini benar-benar eksis. Yang tidak pernah nongol atau silent reader jadi ikut-ikutan nimbrung.



Melihat fenomena ini, asumsi saya adalah mungkin hubungan antara teman-teman sekolah dengan teman-teman di kantor sudah terpupuk sejak lama dibandingkan di kantor. Terus hubungan yang dibina adalah hubungan yang lebih mendalam, lebih personal dan emosional karena ketika membina hubungan dengan teman-teman sekolah, kita tidak ada ada niatan apa-apa selain hanya ingin berteman. Berbeda ketika di dunia kerja, umumnya hubungan yang dibina adalah hubungan sebatas pekerjaan dan profesional. Tidak ada hubungan lagi dengan pekerjaan, biasanya kita jarang sekali menjaga hubungan ini.

Fenomena kedua, group whatsapp teman-teman sekolah dikuasai kaum ibu-ibu. Sampai hari ini group whatsapp saya dikudeta oleh para ibu-ibu. Dari pagi sampai malam mereka menguasai group ini. Kita sebagai laki-laki, kalau ikut dalam pembicaraan, seperti masuk group arisan ibu-ibu komplek perumahan. Yang dibicarakan macam-macam. Dari mulai pusing membantu anak-anaknya yang school from home, bekerja cukup pake daster, sampai berbagi resep membuat makanan.

Khusus soal resep makanan, tema ini menjadi tema yang serius dibicarakan. Karena dengan adanya gerakan di rumah saja, social distancing ini biaya konsumsi orang rumahan meningkat drastis. Karena dengan enggak kemana-mana, kegiatan utamanya yaitu nonton dan makan. Selain itu juga tidak bisa jajan atau pesan makan sembarangan. Akibatnya aspirasi untuk menu-menu baru mencuat dan membuat para ibu-ibu mencari-cari informasi mengenai membuat makanan.

Demikian pengamatan saya, sejauh di group whatsapp yang saya ikuti. Apakah ada yang mempunyai hasil pengamatan dengan saya?

Photo by Bruno Martins on Unsplash

No comments:

Post a Comment