Thursday, February 27, 2020

Kekeluargaan


Kalau mendengar kata kekeluargaan, maka yang terbayang adalah sebuah suasana seperti keluarga. Satu sama lain saling mengenal, saling bertegur sapa dan melemparkan senyum setiap berpapasan. Kalau ada yang mendapatkan kebahagiaan, maka yang lain ikut-ikutan bahagia. Kalau ada yang mendapatkan kesusahaan, maka yang lain pun demikian. Pokoknya begitu dekat, seperti keluarga beneran.

Namun ada satu kekurangannya. Karena begitu dekat, maka biasanya muncul perasaan tidak enakan. Kalau ada yang melanggar peraturan tidak enak untuk menegur. Kalau ada yang melakukan perselingkuhan tidak enak untuk menegur. Kalau ada yang melakukan fraud tidak enak untuk menegur. Kalau sudah begini menurut saya ini merupakan bentuk kekeluargaan yang salah kaprah. Atau belum kekeluargaan yang sebenarnya.

Sekarang coba kita fikir kalau kita mempunyai anggota keluarga. Misalkan saudara kandung, kakak atau adik. Walau pun kita sering berkelahi karena berbeda pendapat, tetap terselip rasa peduli di dalamnya. Kita tidak ingin saudara kita ini terjerumus dalam hal-hal negatif : penyalahgunaan obat atau seks bebas. Kita selalu berharap bahwa saudara kita ini selalu dalam kondisi yang baik-baik saja.



Hal ini pun seharusnya kita terapkan dalam institusi kita bekerja yang kekeluargaannya baik sekali. Kalau memang kita menganggap rekan-rekan kerja kita ini anggota keluarga maka selain ikut bersuka cita kalau dia sedang dalam kebahagian, kita juga ikut mengingatkan kalau dia melakukan kesalahan. Kalau kita tidak bisa menegurnya, laporkan kepada atasan kita. Karena tindakan kita ini adalah bentuk kita peduli sama dia. Bukan tindakan yang ingin mencelakakan dia.

Misalnya begini, kalau kita mengetahui rekan kerja kita baru mulai berselingkuh maka segera kita ingatkan. Kalau tidak menggubrisnya, laporkan ke atasan kita. Memang kalau sudah masuk dalam laporan, akan terkena sanksi perusahaan dikeluarkan. Kita jangan hanya melihat dia dikeluarkan dari perusahaannya saja, tapi lihat juga dia sudah tercegah dari melakukan yang lebih jauh lagi. Mungkin dengan dikeluarkannya ini, jadi semacam shock therapy, sehingga dia menyadari segala kekeliruannya.

Saya pernah diceritakan atasan saya sebuah kisah yang menarik. Ada salah seorang pegawai yang tidak tahu aturan. Rambutnya gondrong, pakaiannya tidak rapih dan bekerja seenaknya. Pada awalnya orang-orang tidak berani untuk menegurnya. Apalagi dia itu tinggal di sekitar tempat kerja juga. Masih terhitung tetangga. Makin tidak enak lagi. Namun dengan berbagai pertimbangan dan sudah menakar segala konsekuensinya akhirnya pegawai tersebut dikeluarkan dari tempat kerja. Dan bayangkan apa yang terjadi kemudian. Orang tua kandungnya mengucapkan terima kasih karena sudah memberi "pelajaran". Dan terakhir dia sudah berubah, menjadi lebih rapih, pribadi yang lebih baik di tempat kerja barunya. Bahkan istrinya pun berjilbab.

Nah kalau memang kita merasa bahwa kekeluargaan kita kuat dengan teman-teman kita, maka tunjukkanlah rasa peduli kita. Kalau kebetulan mereka sedang khilaf, melakukan kesalahan, maka tegurlah, ingatkanlah. Itu bukan kita merasa "sok suci" tapi itulah bentuk kepedulian kita, karena kita adalah keluarga.

sumber gambar : Duy Pham

No comments:

Post a Comment