Ada sisi lain yang belum pernah atau sedikit dibahas dari corona. Corona sebagai pandemi dan mematikan sudah banyak yang membahasnya. Kita perlu melihat dari sisi lain : corona adalah jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan manusia di muka bumi. Luar biasa memang Tuhan. Hanya dengan satu "jentikan" saja maka semua doa yang beragam itu terjawab semua dengan namanya corona.
Coba kalau kita berpikir ke belakang, banyak hal-hal yang kita keluhkan dan kita khawatirkan mengenai dunia dan kehidupan ini. Baik yang serius maupun yang tidak. Dan kita berharap ada jalan keluar atas semua itu.
Sebelum corona, ada seorang karyawati mengeluhkan long distance married dengan suaminya. Karena tuntutan pekerjaan, mereka harus berpisah. Dia di Jakarta, sang suami di Surabaya. Kedua anaknya ikut-ikutan berpisah juga. Yang sulung ikut suaminya, sedang yang kedua ikut dengan dirinya.
Sebelum corona, ada seorang istri mengeluarkan curahan hati kepada suaminya. Dia sudah tidak sanggup lagi menghadapi anak mereka yang berkebutuhan khusus sendirian. Dia membutuhkan suaminya hadir setiap hari. Suaminya kerja di luar kota. Di akhir pekan mereka baru berkumpul.
Sebelum corona, rakyat dibuat bingung oleh tingkah dari para pemimpin-pemimpinnya. Seolah-olah mereka sibuk dengan kepentingan pribadi dan politiknya masing-masing. Dia pun berdoa kepada Tuhan, minta ditunjukkan siapa-siapa yang memang memperhatikan rakyatnya dan siapa-siapa yang tidak.
Sebelum corona, para pakar pendidikan mengkhawatirkan dengan fenomena anak-anak fatherless. Anak-anak yang mempunyai ayah secara fisik, namun tidak hadir dalam perkembangannya. Dengan kemajuan teknologi dan hal-hal kemudahan dalam hidup, membuat ayah dan mempunyai mainan dan kesibukan masing-masing.
Sebelum corona, para pemerhati dan aktivitis lingkungan mengeluhkan tentang pencairan salju di kutub akibat dari pemanasan global yang disebabkan munculnya lubang ozon dan pencemaran lingkungan.
Sebelum corona, para kaum rebahan berharap di tahun ini menginginkan banyak waktu libur dan sedikit ke tempat kerja.
Sebelum corona, para jomblowan dan jomblowati berharap di tahun ini memasang tagar 2020 ganti status. Bisa menghadapi lebaran dengan percaya diri karena selalu ditanya mana calonnya. Sudah tidak sendirian lagi kalau malam hari dan pergi ke kondangan.
Dan tiba pada tahun ini, yang inisiasinya di bulan maret. Apa-apa yang menjadi doa dan harapan terjawab semua. Yang terpisah bisa berkumpul. Rakyat yang bingung bisa melihat para pemimpin yang memikirkan nasib rakyatnya. Ayah dan anaknya dipaksa untuk menghabiskan waktu lebih banyak; membangun hubungan orang tua dan anak yang seharusnya. Bumi mempunyai waktu untuk memulihkan dirinya. Pencemaran berkurang, lubang-lubang ozon mengecil, es-es yang mencair terbentuk kembali, binatang-binatang yang dianggap hilang bermunculan, udara terasa segar dan orang Jakarta baru sadar ternyata selama ini ada gunung yang bisa terlihat dari kota mereka. Serta kaum rebahan mengisi hari-harinya dengan banyak beraktivitas di rumah saja.
Terus bagaimana dengan para jomblowan dan jomblowati? Mudah-mudahan mereka mempunyai waktu untuk fokus untuk mewujudkan tagar 2020 ganti status.Beberapa sudah menggenapkan agamanya. Beberapa sudah menanti buah cinta mereka. Beberapa mempunyai waktu untuk merenung mana yang cinta beneran mana cinta harapan palsu. Dan beberapa mulai tersdar kalau mereka sudah dipanggil om sama anak-anak temannya.
Corona salah satu kuasa Tuhan untuk menjawab doa-doa hamba-Nya. Dibalik ancamannya, ia tetap membawa sebuah kebaikan. Dan berharap ia segera berakhir.
sumber gambar : pixabay
No comments:
Post a Comment